Minggu, 23 Oktober 2016

Model Pembangunan Pertanian Di Cina Vs Indonesia



11. Perbandingan Produksi
Perbandingan produksi di Cina dan Indonesia bisa dilihat mulai dari penyediaan sarana produksi sampai proses produksinya. Di Cina, lahan sebagai salah satu unsur produksi dikuasai oleh negara. Petani yang ingin mengunakan lahan dengan cara menyewa lahan kepada negara. Dengan diterapkannya sistem ekonomi terbuka, terdapat persaingan antara kepenting sektor lain dengan kepentingan sektor pertanian. Namun pemerintah cina tetap memprioritaskan lahan-lahan subur sebagai sumber produksi di bidang pertanian.Air juga sebagai faktor yang sangat mempengaruhi dalam produksi pertanian. Di cina, mereka memiliki semboyan “no forest-no water, no water-no food, no food-no live”yang berarti “tidak ada hutan-tidak ada air, tidak ada air-tidak ada makanan, tidak ada makanan-tidak adakehidupan”. Prinsip mereka itu dipegang teguh oleh seluruh lapisan maysarakat.Dari segi sarana produksi bibit, Cina telah menggunakan padi hibrida dengan produktivitas 10 ton/ha sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan berasnya. Dalam proses produksinya, industri di Cina diarahkan untuk mendukung pertanian, sehingga alat-alat pertanian harganya sangat murah seperti hand traktor, sprayer, garpu, alat angkut sarana produksi dan cangkul. Pemerintah Cina juga memberikan fasilitas distribusi seperti prasarana jalan yang bagus sehingga memudahkan petani dalam prose pemasaran. Petani di Cin juga telah menggunakan teknologi canggih dalam proses produksinya, sehingga memudahkan mereka dalam mengola hasil produk pertanian .Untuk harga produk pertanian itu sendiri, diserahkan oleh mekanisme pasar, namun pemerintah tetap mengontrolnya.
Di Indonesia, dalam meningkatkan produksi pertanian digunakan dengan berbagai cara, seperti intensifikasi, esktensifikasi, dan rehabilitasi. Intensifikasi dengan meningkatkan produksi tanpa perluasan lahan, dengan mengunakan teknologi dan perawatan intensif. Ekstensifikasi meningkatkan produksi dengan cara peluasan lahan. Rehabilitasi meningkatkan produksi dengan cara memperbaharui cara-cara yang telah ada dan teknologi baru, dapat juga dengan pembaharuan tanaman yang tidak ekonomis lagi. Bedanya, di Indonesia tanah masih mempunyai sistem tuan tanah, sehingga tidak ada penyewaan lahan dari pemerintah. Hal ini membuat para petani sulit untuk bercocok tanam. Dari segi pembibitan, penggunan bibit unggul di Indonesia belum merata ke seluruh daerah. Dalam proses produksinya, industri di Indonesia kurang mendukung pembangunan pertanian, industri menghasilkan alat pertanian dengan harga yang mahal, hal ini membuat biaya produksi yang di keluarkan petani bertambah. Untuk fasilitas distribusi, pembangunan prasarana jalan belum merata ke seluruh daerah,hal ini membuat para petani kesulitan dalam memasarkan hasil produk pertanian ke pasar. Untuk hasil pertanian Indonesia juga di tentukan oleh mekanisme pasar, namun untuk penentuan harga lebih di kuasai oleh konsumen. Untuk mekanisme harag pemerintah juga memiliki kebijakan untuk mengendalikan harga pasar, seperti kebijakan harga dasar dan harga tetap.
22. Perbandingan Kelembagaan
Di Cina memiliki bank spesialis pertanian yaitu Agriculture Bank of China. Dengan adanya bank khusus untuk pertanian, berarti pemerintah cina memberikan perhatian yang sangat besar pada sektor pertanian. Agriculture Bank of China memiliki cabang di setiap daerah setingkat kabupate, sehingga petani sangat dimudahkan dalam peminjaman modal. Lembaga penelitian di Cina melakukan penelitian sesuai dengan kebutuhan masyarakat (petani), bukan kebutuhan peneliti. Mereka melakukan survei, teknologi apa yang dibutuhkan petani dan sesuai dengan daerahnya. Peneliti juga mengamati tentang jenis tanaman apa yang disenangi oleh konsumen dan mudah di budidayakan oleh petani. Lembaga penelitian bekerjasama dengan pemerintah dalam membantu memecahkan masalah yang dihadapi petani. Di cina memiliki saluran televisi khusus untuk bidang pertanian. Sehingga inovasi-inovasi yang dihasilkan dapat diketahui masyarakat memalui saluran tv khusus pertanian.
Di Indonesia sendiri memiliki koperasi tingkat desa (KUD) yang merupakan suatu lembaga yang dapat membantu petani dalam peminjaman modal. Dengan adanya koperasi tingkat desa ini berarti pemerintah sebenarnya sangat mendukung pembangunan pertanian di Indonesia, dan ada juga Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang meminjamkan modal kepada masyarakat (petani) untuk mengembangkan usahanya dengan sistem modal berjalan. Sistem modal berjalan ini dimaksudkan akan membantu petani dalam hal modal, dan uang yang dikembalikan oleh suatu petani akan digunakan oleh petani lainnya. Lembaga penelitian di Indonesia juga banyak melakukan penelitian dalam sektor pertanian. Peneliti melakukan penelitiannya biasanya karena adanya kebutuhan peneliti tersebut. Banyak inovasi-inovasi yang dihasilkan dari hasil penelitian, namun hanya sedikit yang dapat diterapkan oleh petani. Beberapa hasil penelitian yang dapat diterapkan oleh petani berdasarkan ilmu pengetahuan petani itu sendiri. Ketidaktahuan petani tentang adanya teknologi dan inovasi baru yang dapat di terapkan dalam usaha tani juga menghambat perkembangan pertanian Indonesia.
33. Perbandingan Kultural
Perbandingan kultural merupakan perbandingan budaya yang dapat mempengaruhi pembangunan pertanian di setiap daerah. Perbandingan kultural dapat dilihat dari dua aspek, yaitu etos kerja dan pola makan. Di Cina, petani memiliki etos kerja yang luar biasa, hal ini bisa dilihat dari tidak adanya lahan yang menganggur. Semua lahan yang dimiliki rakyat cina diusahakan dengan berbagai jenis tanaman sayuran, padi, tanaman perkebunan, buah-buahan, perternakan, sehingga tidak ada lahan kosong atau tidak di manfaatkan. Untuk pola makan sendiri, Cina memiliki budaya makan dengan pola diversifikasi. Diversifikasi makan yang mereka lakukan yaitu, mula-mula mereka makan-makanan sayuran (dari berbagai sayuran), kemudian daging atau ikan, kemudian nasi dan di tutup dengan buah-buahan. Dengan demikian kebutuhan akan beras orang cina lebih sedikit. Pola budaya diversifikasi pangan ini sangat membantu rakyat cina dalam ketahanan pangan.
Di Indonesia, etos kerja masih masyarakat Indonesia masih tergolong rendah karena masyarakat Indonesia hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja (jangka pendek) tanpa memikirkan jangka panjang. Sehingga banyak lahan-lahan kosong yang belum di manfaatkan, yang seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dapat dikembangkan untuk ketahanan pangan. Sedangkan untuk pola makan sendiri, di Indonesia, rakyatnya memiliki budaya makan seragam yaitu seluruh rakyat Indonesia mengkonsumsi nasi (beras) , bahkan muncul sebuah istilah “belum makan kalau belum makan nasi”. Nah, dengan pola pola makan seragam ini membuat Indonesia harus menyedikan beras yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Sehingga ketahanan pangan pada komoditas beras sulit di capai. Usaha untuk menerapkan pola diversifikasi pangan sangat baik untuk menunjang ketahanan pangan Indonesia.