11. Perbandingan
Produksi
Perbandingan produksi di Cina dan
Indonesia bisa dilihat mulai dari penyediaan sarana produksi sampai proses
produksinya. Di Cina, lahan sebagai salah satu unsur produksi dikuasai oleh
negara. Petani yang ingin mengunakan lahan dengan cara menyewa lahan kepada
negara. Dengan diterapkannya sistem ekonomi terbuka, terdapat persaingan antara
kepenting sektor lain dengan kepentingan sektor pertanian. Namun pemerintah
cina tetap memprioritaskan lahan-lahan subur sebagai sumber produksi di bidang
pertanian.Air juga sebagai faktor yang sangat mempengaruhi dalam produksi
pertanian. Di cina, mereka memiliki semboyan “no forest-no water, no water-no
food, no food-no live”yang berarti “tidak ada hutan-tidak ada air, tidak ada
air-tidak ada makanan, tidak ada makanan-tidak adakehidupan”. Prinsip mereka
itu dipegang teguh oleh seluruh lapisan maysarakat.Dari segi sarana produksi
bibit, Cina telah menggunakan padi hibrida dengan produktivitas 10 ton/ha
sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan berasnya. Dalam proses produksinya,
industri di Cina diarahkan untuk mendukung pertanian, sehingga alat-alat
pertanian harganya sangat murah seperti hand traktor, sprayer, garpu, alat
angkut sarana produksi dan cangkul. Pemerintah Cina juga memberikan fasilitas
distribusi seperti prasarana jalan yang bagus sehingga memudahkan petani dalam
prose pemasaran. Petani di Cin juga telah menggunakan teknologi canggih dalam
proses produksinya, sehingga memudahkan mereka dalam mengola hasil produk
pertanian .Untuk harga produk pertanian itu sendiri, diserahkan oleh mekanisme
pasar, namun pemerintah tetap mengontrolnya.
Di Indonesia, dalam meningkatkan
produksi pertanian digunakan dengan berbagai cara, seperti intensifikasi,
esktensifikasi, dan rehabilitasi. Intensifikasi dengan meningkatkan produksi
tanpa perluasan lahan, dengan mengunakan teknologi dan perawatan intensif.
Ekstensifikasi meningkatkan produksi dengan cara peluasan lahan. Rehabilitasi
meningkatkan produksi dengan cara memperbaharui cara-cara yang telah ada dan
teknologi baru, dapat juga dengan pembaharuan tanaman yang tidak ekonomis lagi.
Bedanya, di Indonesia tanah masih mempunyai sistem tuan tanah, sehingga tidak
ada penyewaan lahan dari pemerintah. Hal ini membuat para petani sulit untuk
bercocok tanam. Dari segi pembibitan, penggunan bibit unggul di Indonesia belum
merata ke seluruh daerah. Dalam proses produksinya, industri di Indonesia
kurang mendukung pembangunan pertanian, industri menghasilkan alat pertanian
dengan harga yang mahal, hal ini membuat biaya produksi yang di keluarkan
petani bertambah. Untuk fasilitas distribusi, pembangunan prasarana jalan belum
merata ke seluruh daerah,hal ini membuat para petani kesulitan dalam memasarkan
hasil produk pertanian ke pasar. Untuk hasil pertanian Indonesia juga di
tentukan oleh mekanisme pasar, namun untuk penentuan harga lebih di kuasai oleh
konsumen. Untuk mekanisme harag pemerintah juga memiliki kebijakan untuk
mengendalikan harga pasar, seperti kebijakan harga dasar dan harga tetap.
22. Perbandingan
Kelembagaan
Di Cina memiliki bank spesialis
pertanian yaitu Agriculture Bank of China. Dengan adanya bank khusus untuk
pertanian, berarti pemerintah cina memberikan perhatian yang sangat besar pada
sektor pertanian. Agriculture Bank of China memiliki cabang di setiap daerah
setingkat kabupate, sehingga petani sangat dimudahkan dalam peminjaman modal.
Lembaga penelitian di Cina melakukan penelitian sesuai dengan kebutuhan
masyarakat (petani), bukan kebutuhan peneliti. Mereka melakukan survei,
teknologi apa yang dibutuhkan petani dan sesuai dengan daerahnya. Peneliti juga
mengamati tentang jenis tanaman apa yang disenangi oleh konsumen dan mudah di
budidayakan oleh petani. Lembaga penelitian bekerjasama dengan pemerintah dalam
membantu memecahkan masalah yang dihadapi petani. Di cina memiliki saluran televisi
khusus untuk bidang pertanian. Sehingga inovasi-inovasi yang dihasilkan dapat
diketahui masyarakat memalui saluran tv khusus pertanian.
Di Indonesia sendiri memiliki
koperasi tingkat desa (KUD) yang merupakan suatu lembaga yang dapat membantu
petani dalam peminjaman modal. Dengan adanya koperasi tingkat desa ini berarti
pemerintah sebenarnya sangat mendukung pembangunan pertanian di Indonesia, dan
ada juga Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang meminjamkan modal
kepada masyarakat (petani) untuk mengembangkan usahanya dengan sistem modal
berjalan. Sistem modal berjalan ini dimaksudkan akan membantu petani dalam hal
modal, dan uang yang dikembalikan oleh suatu petani akan digunakan oleh petani
lainnya. Lembaga penelitian di Indonesia juga banyak melakukan penelitian dalam
sektor pertanian. Peneliti melakukan penelitiannya biasanya karena adanya
kebutuhan peneliti tersebut. Banyak inovasi-inovasi yang dihasilkan dari hasil
penelitian, namun hanya sedikit yang dapat diterapkan oleh petani. Beberapa
hasil penelitian yang dapat diterapkan oleh petani berdasarkan ilmu pengetahuan
petani itu sendiri. Ketidaktahuan petani tentang adanya teknologi dan inovasi
baru yang dapat di terapkan dalam usaha tani juga menghambat perkembangan
pertanian Indonesia.
33. Perbandingan
Kultural
Perbandingan kultural merupakan
perbandingan budaya yang dapat mempengaruhi pembangunan pertanian di setiap
daerah. Perbandingan kultural dapat dilihat dari dua aspek, yaitu etos kerja
dan pola makan. Di Cina, petani memiliki etos kerja yang luar biasa, hal ini
bisa dilihat dari tidak adanya lahan yang menganggur. Semua lahan yang dimiliki
rakyat cina diusahakan dengan berbagai jenis tanaman sayuran, padi, tanaman
perkebunan, buah-buahan, perternakan, sehingga tidak ada lahan kosong atau
tidak di manfaatkan. Untuk pola makan sendiri, Cina memiliki budaya makan
dengan pola diversifikasi. Diversifikasi makan yang mereka lakukan yaitu,
mula-mula mereka makan-makanan sayuran (dari berbagai sayuran), kemudian daging
atau ikan, kemudian nasi dan di tutup dengan buah-buahan. Dengan demikian
kebutuhan akan beras orang cina lebih sedikit. Pola budaya diversifikasi pangan
ini sangat membantu rakyat cina dalam ketahanan pangan.
Di Indonesia, etos kerja masih
masyarakat Indonesia masih tergolong rendah karena masyarakat Indonesia hanya
bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja (jangka pendek) tanpa
memikirkan jangka panjang. Sehingga banyak lahan-lahan kosong yang belum di
manfaatkan, yang seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang
dapat dikembangkan untuk ketahanan pangan. Sedangkan untuk pola makan sendiri, di Indonesia,
rakyatnya memiliki budaya makan seragam yaitu seluruh rakyat Indonesia
mengkonsumsi nasi (beras) , bahkan muncul sebuah istilah “belum makan kalau
belum makan nasi”. Nah, dengan pola pola makan seragam ini membuat Indonesia
harus menyedikan beras yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan pangannya.
Sehingga ketahanan pangan pada komoditas beras sulit di capai. Usaha untuk
menerapkan pola diversifikasi pangan sangat baik untuk menunjang ketahanan
pangan Indonesia.